Karyawan resign, selalu jadi kabar buruk untuk perusahaan. Terlepas dari baik atau buruknya kinerja karyawan tersebut, perusahaan harus mencari pengganti karyawan yang mundur dan menempuh setiap proses perekrutan dari awal. Selain memerlukan waktu, perusahaan juga terkadang dituntut menghabiskan sumber daya lain untuk memiliki karyawan dengan kinerja setara.
Pada beberapa kasus di mana karyawan memang bermasalah dan secara terus menerus membawa dampak buruk bagi perusahaan, resign akan menjadi sedikit angin segar. Perusahaan tak lagi harus berurusan dengan oknum karyawan yang memberatkan langkah, dan bisa mencari penggantinya. Kesempatan menemukan tenaga kerja di pasar tenaga kerja menjadi terbuka lebar.
Namun bagaimana jika yang mengundurkan diri adalah pegawai dengan kinerja baik? Apakah hal yang sama berlaku? Tentu tidak. Hal sebaliknya akan terjadi. Perusahaan akan menerima dampak buruk atas mundurnya karyawan yang berkinerja baik tersebut. Mencari pengganti untuk karyawan dengan kinerja sangat baik tentu tidak akan semudah membalikkan telapak tangan.
Jika karyawan tidak bermasalah, apa penyebabnya? Mungkin Anda sebagai staf HR atau pengelola perusahaan harus melakukan koreksi pada sistem yang ada di perusahaan Anda. Jika karyawan yang bersangkutan tidak bermasalah, boleh jadi ada yang kurang tepat di perusahaan Anda. Untuk menelusuri penyebab karyawan resign, berikut beberapa kemungkinannya.
-
Beban Kerja
Melihat karyawan dengan kinerja sangat baik tentu menjadikan Anda beranggapan bahwa kapasitas kerja karyawan ini cenderung tinggi. Tanpa disadari, anggapan ini akan membawa Anda pada keputusan untuk menambah jumlah pekerjaan yang diberikan pada karyawan tersebut. Mungkin idealnya untuk satu atau dua kali pada project dengan urgensi tinggi masih bisa dimaklumi. Itupun tentu dengan kompensasi yang seimbang.
Menjadi masalah ketika penambahan beban kerja ini dilakukan terus menerus. Karyawan akan merasakan kelelahan yang lebih dari pada biasanya, sehingga justru akan menurunkan kualitas kerjanya. Disamping itu dengan model kerja seperti ini, alokasi pembagian kerja tidak akan seimbang dan setara untuk tiap karyawan. Pemberian kompensasi yang terkadang juga dilupakan, jadi faktor besar berikutnya.
-
Kompensasi Kerja
Dengan beban kerja yang tinggi, idealnya karyawan juga akan mendapatkan kompensasi yang seimbang. Tidak selalu berupa tambahan gaji atau nominal uang, kompensasi ini bisa berwujud fasilitas, atau promosi ke jabatan yang lebih tinggi, atau sebagainya. Akan menjadi kurang tepat jika perusahaan cenderung memanfaatkan kinerja dan loyalitas karyawan untuk menambah beban kerja tanpa kompensasi yang seimbang.
Sebaiknya sebelum memberikan tambahan beban kerja, Anda menghitung terlebih dahulu kompensasi ideal yang akan diberikan. Diskusi dengan karyawan terkait juga disarankan agar nantinya tidak timbul masalah karena hal-hal yang seharusnya bisa disepakati terlebih dahulu.
-
Kurang Tantangan
Karyawan yang memiliki visi baik, akan selalu mencari tantangan dari apa yang dikerjakannya. Tantangan ini ketika dapat diselesaikan akan jadi pencapaian pribadi, yang mendorong karyawan terus berkembang. Pada perusahaan dengan sedikit tantangan, karyawan dengan visi baik seperti ini kemudian akan terhambat perkembangannya dan merasa tak lagi cukup pantas berproses bersama perusahaan.
Secara reguler, berikan pekerjaan yang menantang untuk setiap karyawan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Tantangan ini juga harus terukur, sehingga tidak menjadi faktor yang justru menurunkan kinerja karyawan. Ketika tantangan yang diberikan dapat diselesaikan, karyawan tidak akan cepat jenuh dan pikiran untuk resign bisa dijauhkan.
-
Tim Kerja
Pada setiap bagian perusahaan akan tertentu tim kerja lebih kecil untuk setiap project yang dikerjakan. Tim ini disusun berdasarkan data yang dimiliki terkait kinerja dan perilaku masing-masing karyawan sehingga membentuk tim kerja yang efektif dan efisien. Tim kerja yang tersusun dari karyawan dengan satu visi yang sama, akan memberikan ikatan yang lebih baik dalam pekerjaan, baik secara profesional maupun personal.
Karyawan resign bisa saja disebabkan karena ia berada pada tim kerja yang buruk. Visi dan tempo kerja yang tidak sama, menyebabkan karyawan yang berada dalam tim tersebut tak dapat bekerja dengan sinkron. Alih-alih memberikan output yang maksimal, tim ini justru akan berdampak buruk bagi performa karyawan sebagai seorang pekerja, dan perusahaan sebagai kesatuan kerja.
Beberapa penyebab karyawan mengundurkan diri di atas tentu dapat dihindari dengan koordinasi dan pemahaman menyeluruh pada SDM yang dimiliki perusahaan. Bagian HR menjadi krusial perannya dalam rangka mengurangi tingkat resign dari karyawan yang dimiliki. Satu analisa dan langkah harus disusun dengan cermat, sehingga bisa menyikapi kondisi yang mungkin saja muncul dan mendorong karyawan untuk memilih keluar dari perusahaan.
Data tersebut bisa didapat dari layanan Sleekr. Aplikasi HR terpadu yang mengintegrasikan setiap data karyawan ini memungkinkan Anda memiliki data yang lengkap dan akurat terkait informasi personal dan kinerja karyawan. Aplikasinya juga mudah digunakan sehingga setiap bagian yang memiliki kepentingan bisa memanfaatkan data yang ada. Segera gunakan Sleekr agar pengelolaan SDM Anda menjadi makin optimal!