Perbedaan Dasar antara Merger, Akuisisi dan Konsolidasi ![\"Konsolidasi](\"https:\/\/blogs-images.forbes.com\/allbusiness\/files\/2014\/12\/Fotolia_73155469_Subscription_Monthly_M.jpg\")
<\/h2>\n\n- \n
Merger<\/strong><\/h3>\nMerger adalah proses penggabungan antara dua atau lebih perusahaan dan hanya ada satu perusahaan yang dipertahankan. Pengertian merger ini diambil dari arti kata tersebut dalam bahasa Inggris, merger<\/em>, yang berarti penggabungan. Perusahaan-perusahaan yang bergabung dan meleburkan diri tidak mengalami likuidasi. Sedangkan perusahaan yang bertahan akan membeli semua aset perusahaan yang di-merger.<\/em> Akibatnya, perusahaan bertahan ini memiliki sedikitnya 50 persen dari total saham.<\/p>\nSementara itu perusahaan yang di-merger<\/em> harus berhenti beroperasi karena pemegang sahamnya sudah menerima uang tunai. Semua aktiva<\/span> dan pasiva dari perusahaan yang di-merger<\/em> akan beralih ke perusahaan yang bertahan. Pada umumnya, merger<\/em> merupakan suatu solusi untuk memperkuat struktur perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan yang melakukan merger<\/em> basanya bergerak di bidang yang sama, misalnya bank. Contoh merger adalah Lippo Bank yang meleburkan diri ke CIMB Niaga, di mana hal tersebut menyebabkan Lippo Bank berhenti beroperasi dan melebur menjadi satu dengan CIMB Niaga.<\/p>\nBaca juga:\u00a0Mengapa Aktiva Tak Berwujud Juga Harus Dicantumkan pada Laporan Keuangan Akuntansi?<\/a><\/strong><\/span><\/li>\n- \n
Konsolidasi<\/strong><\/h3>\nKonsolidasi perusahaan merupakan peleburan dua atau beberapa perusahaan menjadi satu. Berbeda dengan proses merger<\/em> yang tetap mempertahankan satu perusahaan sebagai entitas independen, proses konsolidasi tidak menyisakan perusahaan mana pun yang meleburkan diri. Sebaliknya, proses ini menghasilkan satu perusahaan baru. Contoh proses konsolidasi adalah pembentukan Bank Mandiri di tahun 1998 yang merupakan hasil peleburan dari empat bank, yakni Bank Bumi Daya, Bank BDN, Bank Ekspor Impor, dan Bank Bapindo.<\/p>\nKeempat bank yang melakukan konsolidasi ini juga tidak mengalami likuidasi<\/span> seperti status perusahaan yang di-merger.<\/em> Namun, perusahaan hasil konsolidasi harus memiliki badan hukum yang resmi. Lalu, aktiva dan pasiva dari keempat perusahaan yang melakukan konsolidasi tersebut akan beralih ke perusahaan baru hasil dari gabungan yang muncul.<\/p>\nBaca juga : Cara Cermat Susun Laporan Keuangan Konsolidasi<\/a><\/strong><\/li>\n- \n
Akuisisi <\/strong><\/h3>\nTerakhir adalah akuisisi. Akuisisi adalah proses pengambilalihan perusahaan yang dilakukan dengan cara membeli saham mayoritasnya. Perusahaan yang membeli saham ini kemudian akan menjadi pengendali perusahaan yang dibeli sahamnya. Berbeda dengan konsolidasi dan merger <\/em>yang menghilangkan eksistensi perusahaan yang melakukan peleburan, akuisisi tetap mempertahankan eksistensi kedua perusahaan. Jadi, tidak ada perusahaan yang hilang, keduanya tetap berdiri sebagai badan hukum yang terpisah. Yang berubah hanyalah pemegang sahamnya. Contoh akuisisi ini adalah ketika Phillip Morris Ltd mengambil saham mayoritas dari PT HM Sampoerna di tahun 2005. PT. HM Sampoerna tetap ada hingga sekarang, bukan? Contoh akuisisi lainnya adalah saham mayoritas Aqua yang diakuisisi oleh Danone.<\/p>\nMeski begitu, tidak semua proses pembelian saham disebut akuisisi. Akuisisi hanya terjadi ketika saham yang dibeli jumlahnya sangat besar sehingga mampu mengubah status pemegang saham. Akuisisi dapat dilakukan terhadap saham ataupun aset perusahaan. Untuk akuisisi saham, biasanya hanya perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) yang dapat melakukannya. Hal ini disebabkan karena kepemilikan PT diwujudkan dalam bentuk saham. Sedangkan untuk akuisisi aset biasa dilakukan pada perusahaan setaraf UD, CV, dan badan hukum.<\/p>\n
Baca juga:\u00a0Mengapa Aktiva Tak Berwujud Juga Harus Dicantumkan pada Laporan Keuangan Akuntansi?<\/a><\/strong><\/span><\/li>\n<\/ol>\n
Merger<\/strong><\/h3>\nMerger adalah proses penggabungan antara dua atau lebih perusahaan dan hanya ada satu perusahaan yang dipertahankan. Pengertian merger ini diambil dari arti kata tersebut dalam bahasa Inggris, merger<\/em>, yang berarti penggabungan. Perusahaan-perusahaan yang bergabung dan meleburkan diri tidak mengalami likuidasi. Sedangkan perusahaan yang bertahan akan membeli semua aset perusahaan yang di-merger.<\/em> Akibatnya, perusahaan bertahan ini memiliki sedikitnya 50 persen dari total saham.<\/p>\nSementara itu perusahaan yang di-merger<\/em> harus berhenti beroperasi karena pemegang sahamnya sudah menerima uang tunai. Semua aktiva<\/span> dan pasiva dari perusahaan yang di-merger<\/em> akan beralih ke perusahaan yang bertahan. Pada umumnya, merger<\/em> merupakan suatu solusi untuk memperkuat struktur perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan yang melakukan merger<\/em> basanya bergerak di bidang yang sama, misalnya bank. Contoh merger adalah Lippo Bank yang meleburkan diri ke CIMB Niaga, di mana hal tersebut menyebabkan Lippo Bank berhenti beroperasi dan melebur menjadi satu dengan CIMB Niaga.<\/p>\nBaca juga:\u00a0Mengapa Aktiva Tak Berwujud Juga Harus Dicantumkan pada Laporan Keuangan Akuntansi?<\/a><\/strong><\/span><\/li>\n- \n
Konsolidasi<\/strong><\/h3>\nKonsolidasi perusahaan merupakan peleburan dua atau beberapa perusahaan menjadi satu. Berbeda dengan proses merger<\/em> yang tetap mempertahankan satu perusahaan sebagai entitas independen, proses konsolidasi tidak menyisakan perusahaan mana pun yang meleburkan diri. Sebaliknya, proses ini menghasilkan satu perusahaan baru. Contoh proses konsolidasi adalah pembentukan Bank Mandiri di tahun 1998 yang merupakan hasil peleburan dari empat bank, yakni Bank Bumi Daya, Bank BDN, Bank Ekspor Impor, dan Bank Bapindo.<\/p>\nKeempat bank yang melakukan konsolidasi ini juga tidak mengalami likuidasi<\/span> seperti status perusahaan yang di-merger.<\/em> Namun, perusahaan hasil konsolidasi harus memiliki badan hukum yang resmi. Lalu, aktiva dan pasiva dari keempat perusahaan yang melakukan konsolidasi tersebut akan beralih ke perusahaan baru hasil dari gabungan yang muncul.<\/p>\nBaca juga : Cara Cermat Susun Laporan Keuangan Konsolidasi<\/a><\/strong><\/li>\n- \n
Akuisisi <\/strong><\/h3>\nTerakhir adalah akuisisi. Akuisisi adalah proses pengambilalihan perusahaan yang dilakukan dengan cara membeli saham mayoritasnya. Perusahaan yang membeli saham ini kemudian akan menjadi pengendali perusahaan yang dibeli sahamnya. Berbeda dengan konsolidasi dan merger <\/em>yang menghilangkan eksistensi perusahaan yang melakukan peleburan, akuisisi tetap mempertahankan eksistensi kedua perusahaan. Jadi, tidak ada perusahaan yang hilang, keduanya tetap berdiri sebagai badan hukum yang terpisah. Yang berubah hanyalah pemegang sahamnya. Contoh akuisisi ini adalah ketika Phillip Morris Ltd mengambil saham mayoritas dari PT HM Sampoerna di tahun 2005. PT. HM Sampoerna tetap ada hingga sekarang, bukan? Contoh akuisisi lainnya adalah saham mayoritas Aqua yang diakuisisi oleh Danone.<\/p>\nMeski begitu, tidak semua proses pembelian saham disebut akuisisi. Akuisisi hanya terjadi ketika saham yang dibeli jumlahnya sangat besar sehingga mampu mengubah status pemegang saham. Akuisisi dapat dilakukan terhadap saham ataupun aset perusahaan. Untuk akuisisi saham, biasanya hanya perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) yang dapat melakukannya. Hal ini disebabkan karena kepemilikan PT diwujudkan dalam bentuk saham. Sedangkan untuk akuisisi aset biasa dilakukan pada perusahaan setaraf UD, CV, dan badan hukum.<\/p>\n
Baca juga:\u00a0Mengapa Aktiva Tak Berwujud Juga Harus Dicantumkan pada Laporan Keuangan Akuntansi?<\/a><\/strong><\/span><\/li>\n<\/ol>\n
Sementara itu perusahaan yang di-merger<\/em> harus berhenti beroperasi karena pemegang sahamnya sudah menerima uang tunai. Semua aktiva<\/span> dan pasiva dari perusahaan yang di-merger<\/em> akan beralih ke perusahaan yang bertahan. Pada umumnya, merger<\/em> merupakan suatu solusi untuk memperkuat struktur perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan yang melakukan merger<\/em> basanya bergerak di bidang yang sama, misalnya bank. Contoh merger adalah Lippo Bank yang meleburkan diri ke CIMB Niaga, di mana hal tersebut menyebabkan Lippo Bank berhenti beroperasi dan melebur menjadi satu dengan CIMB Niaga.<\/p>\n Baca juga:\u00a0Mengapa Aktiva Tak Berwujud Juga Harus Dicantumkan pada Laporan Keuangan Akuntansi?<\/a><\/strong><\/span><\/li>\n Konsolidasi perusahaan merupakan peleburan dua atau beberapa perusahaan menjadi satu. Berbeda dengan proses merger<\/em> yang tetap mempertahankan satu perusahaan sebagai entitas independen, proses konsolidasi tidak menyisakan perusahaan mana pun yang meleburkan diri. Sebaliknya, proses ini menghasilkan satu perusahaan baru. Contoh proses konsolidasi adalah pembentukan Bank Mandiri di tahun 1998 yang merupakan hasil peleburan dari empat bank, yakni Bank Bumi Daya, Bank BDN, Bank Ekspor Impor, dan Bank Bapindo.<\/p>\n Keempat bank yang melakukan konsolidasi ini juga tidak mengalami likuidasi<\/span> seperti status perusahaan yang di-merger.<\/em> Namun, perusahaan hasil konsolidasi harus memiliki badan hukum yang resmi. Lalu, aktiva dan pasiva dari keempat perusahaan yang melakukan konsolidasi tersebut akan beralih ke perusahaan baru hasil dari gabungan yang muncul.<\/p>\n Baca juga : Cara Cermat Susun Laporan Keuangan Konsolidasi<\/a><\/strong><\/li>\n Terakhir adalah akuisisi. Akuisisi adalah proses pengambilalihan perusahaan yang dilakukan dengan cara membeli saham mayoritasnya. Perusahaan yang membeli saham ini kemudian akan menjadi pengendali perusahaan yang dibeli sahamnya. Berbeda dengan konsolidasi dan merger <\/em>yang menghilangkan eksistensi perusahaan yang melakukan peleburan, akuisisi tetap mempertahankan eksistensi kedua perusahaan. Jadi, tidak ada perusahaan yang hilang, keduanya tetap berdiri sebagai badan hukum yang terpisah. Yang berubah hanyalah pemegang sahamnya. Contoh akuisisi ini adalah ketika Phillip Morris Ltd mengambil saham mayoritas dari PT HM Sampoerna di tahun 2005. PT. HM Sampoerna tetap ada hingga sekarang, bukan? Contoh akuisisi lainnya adalah saham mayoritas Aqua yang diakuisisi oleh Danone.<\/p>\n Meski begitu, tidak semua proses pembelian saham disebut akuisisi. Akuisisi hanya terjadi ketika saham yang dibeli jumlahnya sangat besar sehingga mampu mengubah status pemegang saham. Akuisisi dapat dilakukan terhadap saham ataupun aset perusahaan. Untuk akuisisi saham, biasanya hanya perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) yang dapat melakukannya. Hal ini disebabkan karena kepemilikan PT diwujudkan dalam bentuk saham. Sedangkan untuk akuisisi aset biasa dilakukan pada perusahaan setaraf UD, CV, dan badan hukum.<\/p>\n Baca juga:\u00a0Mengapa Aktiva Tak Berwujud Juga Harus Dicantumkan pada Laporan Keuangan Akuntansi?<\/a><\/strong><\/span><\/li>\n<\/ol>\nKonsolidasi<\/strong><\/h3>\n
Akuisisi <\/strong><\/h3>\n